Dua Komunitas Muda Ambil Formulir Pendaftaran ke PAN, Dukung Ahmad Usman Maju Pilkada Tarakan

Sementara itu, Ketua Relawan Muda Centong Nasi, Dwi Wahyudi alias Commo menambahkanm terkait dengan figur, memang sangat menarik di kalangan muda apalagi kalau dilihat secara fundamental bahwa kalangan muda ini pemiliknya 60 persen. Maka kemudian harus ada yang menaungi.

"Makanya kemudian kami melihat sosok beliau, mampu untuk bagaimana kemudian menaungi kaum-kaum muda. Fokusnya kami ini untuk penjaringan calon dulu mungkin nanti ada pembahasan-pembahasan lebih lanjut begitu dan kemudian saya ingin tambahkan juga tadi terkait dengan pertemuan-pertemuan sama figur figur yang kemudian muncul di walikota saya kira tidak ada pembahasan-pembahasan terkait masalah pilwali hanya saja kami menyambung tali silaturahmi lainnya sesuatu ke depan," terangnya panjang lebar.

Namun balik lagi, politik dinamis, tidak bisa diprediksi. Artinya kemungkinan-kemungkinan bisa saja bakalan terjadi.

"Karena kita melihat figur figur beliau dan juga dan juga track record apalagi kalau kita lihat figur Ahmad Usman ketika beliau menjadi anggota DPR belum banyak melibatkan teman-teman muda seperti membuat kegiatan milenial melek politik dan juga ketika reses anak-anak muda ini dipanggil bagaimana kemudian pemikiran anak muda ke depan ya harus berkontribusi untuk bangsa dan negara," paparnya.

Ia menambahkan di Komunitas Relawan Muda Centong Nasi, saat ini terdiri dari 20-an anggota. Makna centong nasi sendiri berbicara politik kehadiran. Centong nasi melambangkan kelas yang tak terbatas. Centong nasi bisa digapai semua kalangan.

"Politik hadir dimana saja, tidak melihat kelas kaum muda hadir semua. Sejauh ini yang masih bergabung adalah pemuda, mahasiswa sedikit mau bergabung karena harus idealis. Jadi nanti lulus kuliah kemudian menentukan pilihan apakah akan masuk centong nasi," pungkasnya.

Seperti diketahui, sejumlah figur telah melakukan pengambilan formulir pendaftaran maju di Pilkada Tarakan ke PAN. Yakni, Hj Mariyam, H Syamsi Sarman dan Ibnu Saud,

(*)

Penulis: Andi Pausiah