Berita Tarakan Terkini

Hari Ini Umat Hindu Laksanakan Catur Brata Penyepian, Lakukan Puasa hingga Tidak Boleh Nyalakan Api

Hari Raya Nyepi 2025, hari ini, Sabtu 29 Maret 2025, Umat Hindu di Tarakan Kalimantan Utara, melakukan puasa hingga Minggu (30/3/2025).

Penulis: Andi Pausiah | Editor: Junisah
TRIBUNKALTARA.COM/ ANDI PAUSIAH
RANGKAIAN IBADAH - Rangkaian kegiatan  ibadah umat Hindu di momen menyambut Hari Raya Nyepi 2025, di Pura Agung Giri Jagatnata tadi malam, Jumat (28/3/2025). 

TRIBUNKALTARA.COM, TARAKAN - Hari ini, Sabtu (29/3/2025) Umat Hindu di Tarakan Kalimantan Utara melaksanakan Hari Raya Nyepi Tahun Baru Saka 1947. Umat Hindu di Tarakan laksanakan catur brata penyepian dan empat hal yang dilarang Umat Hindu. Yakni, tidak menyalakan api, tidak berpergian, tidak menonton hiburan dan tidak bekerja.

Di Hari Raya NyepiUmat Hindu melaksakana puasa  mulai pukul 06.00 WITA,sampai pukul 06.00 WITA, Minggu (30/3/2026). 

"Hikmat dari itu semua adalah pengontrolan diri, emosi, panca indera yang bisa melihat merasa mencium dan sebagainya. Mudahan itu bisa dilakukan walaupun sedikit dan kecil kadarnya. Mudahan lama-lama menjadi terberkati Tuhan yang Maha Kuasa," ujar Ketua Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Tarakan,  I Nengah Pariana.

Meski demikian tidak ada pemaksaan dalam berpuasa. Semua umat dipersilakan kembalikan ke diri sendiri. "Mudahan semua pantangan bisa dijalankan dengan baik, dan berkahnya dinikmati  di Tahun Baru Saka 1947," paparnya.

Baca juga: Sambut Hari Raya Nyepi, 100 Orang Umat Hindu Laksanakan Pengerupukan dan Sembahyang di Pura Agung

Hari Raya Nyepi 2025 berlangsung spesial karena kegiatan puasa yang dilaksanaan bersamaan dengan Umat Islam di mana saat ini tengah melaksanakan ibadah puasa Ramadan 1446 Hijriah.

"Ini kami sudah rasakan tahun ke tahun di monen Nyepi. Kami sadari di daerah rantau, pendusuknya heterogen. Pasti ada adaptasi dari semua pihak," ucap I Nengah Pariana.

Di  Tarakan, pihaknya yang beradaptasi begitu juga di Bali, umat lain yang beradaptasi. Yang terpenting hikmah pribadi tidak melaksanakan segala pantangan di perayaan khususnya Catur Brata Penyepian. Ini merupakan simbol tak boleh menyalakan api. 

"Api simbol dari amarah. Hikmahnya, umat kami tidak boleh menggelorakan amarahnya. Di situlah simbol itu mewakili nilai yang ada di hati kita," paparnya.

Selanjutnya tidak boleh bekerja menjadi simbol. Tidak boleh terlalu mengejar kemewahan hidup. Tidak boleh mengumbar kesenangan hidup sehingga perlu menghargai diri dengan tidak bekerja.

Baca juga: Perayaan Hari Raya Nyepi Umat Hindu. Ketua PHDI Bulungan Beber 4 Pantangan tak Boleh Dilanggar!

"Pakai kesempatan di momen Nyepi untuk berintrospeksi diri. Tidak boleh menghidupkan televisi, HP dan sebagainya. Tujuannya membatasi indra penglihatan, pendengaran, perasa dan lainnya. Intinya pengendalian diri terhadap emosi dan indra," paparnya.

Ia mengungkapkan ibadah yang dilaksanakan di tengah-tengah umat lainnya, tidak harus mengganggu umat lainnya. Tidak boleh menyalakan api misalnya bisa diterapkan di dalam rumah walaupun di luar tetangga mungkin ada yang beraktivitas.

"Maknanya itu ke dalam saja. Kita gak usah marah, tidak tidak usah ikut menyalakan televisi. Ini sebagai toleransi di Tarakan," paparnya.

I Komang Sukadana, Pinandita Pura Agung Giri Jagatnata, menambahkan di Hari Raya Nyepi Tahun Saka 1947, jatuh pada Sabtu (29/3/2025). Di sini yang dilaksanakan adalah penyucian alam semesta. Dalam kegiatan rangkaiannya, ada ibadah sembahyang dilakukan dalam rangka memohon agar selalu diberikan kesehatan, pemikiran yang jernih.

Ia mengungkapkan lagi berkaitan hidup bertoleransi, di tanah rantau akan tetap menghargai saudara umat baik Islam, non muslim, non Hindu, Budha, Konghucu, Kristen Protestan tetap sama-sama saling menghargai. Apalagi Hindu juga menjadi salah satu minoritas mendiami Tarakan.

I Nengah (kiri) 29032025.jpg
PHDI TARAKAN- I Nengah Pariana, Ketua Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Tarakan (kiri) dan I Komang Sukadana, Pinandita Pura Agung Giri Jagatnata (kanan) saat diwawancarai TribunKaltara.com, Jumat (28/3/2025) malam.

"Perayaan dan rangkaiannya memang tidak terlalu fokus seperti di Bali. Rangkaian upacara di Pura Agung Giri Jagatnata adalah sembahyang bersama, menyucikan pura dan air suci serta silaturahmi karena besok (hari ini) sudah tidak ada. Semua dalam rumah," paparnya.

(*)

Penulis: Andi Pausiah.

 

Sumber: Tribun Kaltara
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved