Berita Tarakan Terkini

Ratusan Koleksi Buku di Perpustakaan Pribadi Milik KH Zainuddin Dalila Terbakar: Itu Sumber Ilmu

Di rumah milik KH Zainuddin Dalila yang terbakar di Tarakan Kalimantan Utara terdapat perpustakan pribadi dengan ratusan koleksi buku.

Penulis: Andi Pausiah | Editor: Junisah
TRIBUNKALTARA.COM/ ANDI PAUSIAH
PASRAH DAN IKHLAS - KH Zainuddin Dalila saat diwawancarai TribunKaltara.com di kediaman keluarganya, letaknya tak jauh dari lomasi TKP kebakaran di RT 6 Kelurahan Sebengkok, Tarakan Kalimantan Utara pekan kemarin. 

“Banyak yang datang membantu karena kebetulan di pinggir jalan kan.  Jadi kalau ada orang lewat, teman saya tanya, ini mau bangun pondok-pondok. Terus dia bilang nanti dia kasih 10 lembar papan. Begitulah sampai jadi pondok. Jadi tidak langsung bertingkat rumah,” ungkap KH Zainuddin Dalila

Di awal membangun ia juga memang merancang agar nantinya bisa menambah sampai dua lantai.  Kemudian perlahan ia tinggali dan kurang lebih 5 tahun berdiri, perlahan ia bangun lantai dua. Bisa dikatakan rumah miliknya adalah salah satu rumah lama yang dibangun atau rumah yang sudah cukup tua di Tarakan.

Baca juga: 3 Rumah di Tarakan Terbakar, Damkar Butuh Dua Jam Pendinginan, Pemadam Libur Ikut Dikerahkan 

Ia sendiri bisa sampai di Tarakan karena mendapat penugasan dari Pesantren Al-Khairat Palu. Pesantren itu setara level SMA. Kemudian merantaulah ia ke Tarakan mengajar di Pondok Pesantren Al-Khairat. Saat itu SMA Al-Khairat belum dibangun. 

“ Sekarang ada sudah SMA-nya. Kalau dulu apa itu saya ngajar di Ibtidaiyah atau SD. Kemudian saya diangkat jadi kepala Tsanawiyah setingkat SMP. Itu mulai dari tahun 90. Kalau yang SD-nyadari  tahun 1980 sampai 1990. Kemudian berjalannya waktu tahun 1987 dibangun lah itu rumah. Kemudian masuk tahun 1990 SMP ya, saya diangkat jadi kepala SMP sampai tahun 1993,” ungkapnya.

Selanjutnya saat itu mulai dibangun SMA Al-Khairat dan mulailah ia juga mengajar di sekolah tersebut.  Kurang lebih 5 tahun mengabdi, keluar peraturan pemerintah bahwa untuk jadi kepala SMA itu harus sarjana. 

“Saya ini kasihan kan cuma sama lulusan pesantren setingkat SMA. Jadi saat itu diganti, kepala SMA yang sarjana memimpin, itulah sampai sekarang mereka mengajar. Tapi saya tetap mengajar, mengajar sebagai tenaga pengajar  sampai tahun 1998,” ungkap pria kelahiran 1 Januari tahun 1952 ini.

Selepas pensiun mengajar, ia mulai membuka usaha. Mulai membuka kios. Kemudian juga ia aktif di kegiatan-kegiatan kemasyarakatan. Ia juga bergabung di Baznas Tarakan selama 10 tahun.

Seingatnya tahun  2015 ia bergabung. Kemudian sebagai Ketua MUI Kaltara juga demikian kurang lebih 15 tahun ia bergabung. Kini ia telah purna per November 2024 kemarin. Namun saat ini ia masih aktif sebagai Ketua FKUB Kota Tarakan.

“Kalau saya dulu gabung di MUI, saya waktu itu jadi pengurus MUI, masih hidup para ustaz-ustaz yang senior. Kalau saya sudah 15 tahun gabung di MUI Kaltara, tapi sebagai Ketua MUI itu sekitar 10 tahun. Tinggal hitung mundur saya berakhir di 2024 kemarin,” ungkapnya. 

Terakhir berbicara kerugian, ia perkirakan rumahnya bisa sampai Rp300 juta. Di antaranya karena cukup banyak sembako jualan, uang tunai yang belum sempat ia ambil kurang lebih Rp10 juta dan juga beras yang baru saja sehari sebelumnya datang dari gudang Bulog.

"Untuk buku saja mungkin harganya Rp150 jutaan karena ada ratusan itu," akunya.

Terakhir ia mengungkapkan, Tuhan punya kuasa dan kehendak. Hanya dalam waktu 15 menit habis tak tersisa. Padahal dibangunnya 35 tahun

Ia hanya bisa memandangi rumahnya terbakar kala itu. Sembari terduduk. Tak bisa berucap banyak. Apalagi berteriak. Ia sadar betul, itu semua dipinjamkan Allah.

" Dia mau ambil silakan. Saya juga masih punya banyak teman. Karena teman juga itu bagian dari harta kita. Sampai hari ini banyak yang datang memberikan bantuan, dukungan, doa. Termasuk juga teman-teman FKUB, bapak pendeta dan lainnya," paparnya.

Hikmah dari kejadian kemarin kata K.H. Zainuddin Dalila, semua yang ada di dunia ini hanyalah sementara, hanyalah bentuk pinjaman yang sewaktu-waktu akan diambil kembali oleh Tuhan. Hanya bisa berpasrah dan berserah lanjutnya.

"Kita pasrahkan saja. Cuma saya selalu doa, karena engkau yang uji ya Allah, maka beri aku kekuatan untuk menghadapinya. Begitu saja doa saya. Sayaa ikhlas. Tidak ada sedikitpun merasa kehilangan," pungkasnya.

(*)

Penulis: Andi Pausiah

 

Sumber: Tribun Kaltara
Halaman 3/3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved