Berita Tarakan Terkini

Profil Daud Nawir, 20 Tahun Jadi Dosen Kini Resmi Menjadi Guru Besar Kedua Universitas Borneo

Universitas Borneo Tarakan kini resmi memiliki tiga profesor atau guru besar setelah pengukuhan Prof Dr (Ing) Ir Daud Nawir, ST, MT, Rabu (17/5) siang

|
Penulis: Andi Pausiah | Editor: M Purnomo Susanto
TRIBUNKALTARA.COM / ANDI PAUSIAH
Prof. Dr.-Ing. Ir. Daud Nawir, S.T., M.T siang tadi, Rabu (17/5/2023) dikukuhkan sebagai Guru Besar dalam bidang Teknik Sipil Transportasi, Fakultas Teknik Sipil Universitas Borneo Tarakan, oleh Rektor UBT Prof. Adri Patton. 

TRIBUNKALTARA.COM, TARAKAN - Universitas Borneo Tarakan (UBT) kini resmi memiliki tiga profesor atau guru besar.

Itu ditandai setelah pengukuhan Prof. Dr (Ing) Ir Daud Nawir, ST, MT siang tadi, Rabu (17/5/2023) sebagai Guru Besar dalam bidang Teknik Sipil Transportasi, Fakultas Teknik Sipil Universitas Borneo Tarakan.

Kurang lebih 20 tahun mengajar di Universitas Borneo Tarakan, Daud Nawir berhasil meraih guru besar, pangkat tertinggi yang bisa dimiliki seoramg dosen sebagai tenaga pengajar di perguruan tinggi.

Ia sekaligus menjadi dosen pertama di Fakultas Teknik yang berhasil sampai di jenjang profesor yang dilahirkan di Universitas Borneo Tarakan.

Dan ia menjadi dosen kedua yang menjadi profesor menyusul Prof Yahya Ahmad Zein, yang saat ini menjabat sebagai Dekan Fakultas UBT lebih dulu meraih profesor.

Daud Nawir sebelum menjabat sebagai Wakil Rektor diketahui mulai mengajar sebagai dosen tidak tetap tahun 2003, kemudian diangkat sebagai dosen tetap pada tahun 2005 dan per 1 April 2023, menjadi Guru Besar Fakultas Teknik UBT.

Ia menjadi guru besar di usia sebentar lagi tepat Agustus mendatang menginjak 45 tahun.

Baca juga: Penyalahguna Narkoba Berulang Kali Ditangkap, Ini Kata Akademisi Hukum UBT soal Residivis Narkotika

Daud Nawir, lahir pada 5 Agustus 1978, memiliki empat saudara.

Ia terlahir dari orangtua sederhana, ibunya, Kulsums dulu bekerja di Idec dan ayahnya, Nawir bekerja di pelabuhan.

Daud Nawir menempuh pendidikan SD Negeri 033 Selumit Tarakan, kemudian melanjutkan pendidikannya di SMPN 4 Tarakan, dan SMAN 1 Tarakan.

Di jenjang perguruan tinggi, Daud Nawir menyelesaikan S1 dan mendapat lalu gelar ST Bidang Teknik Sipil, Universitas Merdeka, Malang pada2003.

Selanjutnya, Daud Nawir menyelesaikan Magister Teknik (MT) Bidang Penginderaan Jauh Teknik Sipil, Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya, Indonesia Tahun 2008, kemudian Develpoment Planning (Dr.Ing) Bidang Sistem Informasi Geografis Universitas Stuttgart di luar negeri yakni di Jerman pada tahun 2012.

Selanjutnya, kembali ia berhasil menyelesaikan Program Profesi Insinyur (Ir) pada Fakultas Teknik Universitas Lambung Mangkurat, Tahun 2019.

Saat ini, Daud Nawir menikah dengan Halimah dan dikaruniai seorang putri yang memiliki paras cantik dan anggun yang diberi nama Atiqah Nur Hafidzah dan juga seorang putra yang sangat tampan dan Sholeh diberi nama Muhamad Dzaky Djauhari.

Baca juga: Ratusan Calon Mahasiswa UBT Ikuti Seleksi UTBK, Gelombang Pertama SNBT Sampai 14 Mei 2023

Kariernya di UBT, ia diamanahkan tugas tambahan untuk menjabat sebagai Sekretaris Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik.

Lalu pada tahun 2005 – 2006 lalu menjabat sebagai Ketua Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik.

Dan depulang menempuh pendidikan doktoral pada tahun 2012 kembali diamanahkan sebagai Ketua Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik dan berakhir di tahun 2015.

Kemudian tahun 2015 beliau dipercaya untuk menjabat sebagai Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat.

Dan pada 2017 beliau dipercaya kembali untuk menjabat sebagai Wakil Rektor Bidang Umum dan Keuangan sampai dengan saat ini.

Daud Nawir berkecimpung dalam berbagai macam Organisasi Masyarakat seperti Nahdatul Ulama, PMI, Pramuka, KONI, Cabang Olahraga Taekwondo, adat.

Organisasi Profesi seperti PII, Masyarakat Penginderaan Jauh,Ikatan Surveyor Indonesia, Ahli Pengadaan Barang Jasa dan aktif sebagai tenaga Ahli Kepolisian, Tenaga Ahli di beberapa Dinas Lingkungan Hidup, dan beliau terlibat dalam tim pansel seleksi terbuka.

Daud Nawir juga menelorkan sejumlah karya buku berjudul, di antaranya Rancangan Perkerasan Jalan tahun 2017, Teknik Pemetaan Menggunakan Drone tahun 2019, Manajemen Lalu Lintas tahun 2020, Pelayanan Transportasi Antar Kota tahun 2020, Evaluasi Jaringan Transportasi di Provinsi Kalimantan Utara tahun 2021, Rekayasa Geometrik Jalan tahun 2021,

Bahan Material Perkerasan Jalan tahun 2022, Rekayasa Geometrik Jalan tahun 2022, kemudian Rekayasa Lalu lintas tahun 2022.

Kepada awak media usai menyampaikan orasi ilmiah siang tadi, Daud Nawir menceritakan dalam risetnya kali ini yakni Strategi Pengembangan Jaringan Jalan di Kawasan Perbatasan untuk Meningkatkan Konektivitas dan Peningkatan Ekonomi Regional.

Baca juga: Tribun Kaltara Goes to Campus UBT, Bawa Materi Telkomsel #Buka Semua Peluang, Ungkap Jumlah Pengguna

Ia mengungkapkan tidak ada yang tidak mungkin jika berbicara konektivitas antarwilayah perbatasan.

Ia membeberkan persoalan utama dari tahun ke tahun adalah transportasi jalan.

Salah satunya bagaiamana menghubungkan Malinau dan Krayan yang saat ini belum bisa terhubung.

Ia menilai sebenarnya solusi konkret adalah perlu kebijakan dan partisipasi masyrakat.

Bagaimana pelibatan masyarakat dalam mengembangkan jaringan jalan.

"Sebingga perlu perencanaan komrpehensif pastinya dengan menggunakan teknologi yang terbarukan sebagai penunjang bagaimana jalan itu bisa diakses masyarakat," terangnya.

Ia menyebutkan persoalan ini bukan saja faktor ekonomi dan sosial melainkan pariwisata. Bagaimana suatu daerah memiliki potensi jika tidak ada konektivitas.

"Ini jadi konsentrasi penelitian saya bagaimana memberikan policy atau kebijakan kepada pemerintah, salah satu rekomendasinya adalah bagaimana meningkatkan jalan yang sudah ada membuat jalan baru dan menggunakan teknologi yang terbarukan," terang Daud Nawir.

Ia melanjutkan, salah satunya adalah dalam bahasa sederhanananya seperti jalan berpori. Ia memberikan sampling jalan baru di Mamburungan yang baru dikerjakan tahun lalu namun saat ini sudah berlubang.

"Pertanyaannya kenapa bisa berlubang, karena memang kita selalu menggunakan aspal konvensional. Sebenarnya ada salah satu alternatif namanya aspal berpori, itu apabila kena baniir tidak ada drainase dia tetap bisa menyerap air ke bawah dan itu menambah penyediaan air tanah," terangnya.

Memang lanjutnya, teknologi ini dibandingkan dengan teknologi konvensional tidak terlalu umum dikenal tapi berbicara teknologi, maka harus siap melek karena tak ada pilihan lagi.

Kemudian persoalan jalan Berau-Bulungan misalnya, jalan hijau bisa jadi jalan alternatif.

Ada kerusakan karena aspal di sana cepat terbakar karena kondisi panas.

Maka perlu reboisasi di sepanjang jalan karena pohon membantu mempertahankan keawetan aspal.

"Aspal tidak bisa terbuka dia sistemnya melumer, karena pekerjaan aspal yang kita terapkan ada dua yaitu aspal beton dan aspal cair. Masing-masing punya penanganan. Makanya di orasi ilmiah, saya memberikan rekomendasi bukan hanya di perbatasan tapi jalan antar wilayah, negara," terangnya.

Ia menambahkan, jika masuk ke Tanjung Selor, orang pertama kali masuk ke sana maka parameter maju tidaknya wilayah adalah dilihat dari kondisi jalan atau transportasinya.

Berbicara biaya kata Daud Nawir, hasil riset yang ditawarkan tidaklah terlalu mahal dari sisi biaya. Di India menggunakan jalan berpori.

Mereka bisa menerapkan, di India Selatan ada 325 KM ada jalan berpori dan tidak ada kerusakan.

Baca juga: Akademisi UBT Yahya Ahmad Ingatkan Potensi Kecurangan Coblos Ganda di Daerah Perbatasan Kaltara

"Salah satu jalan lagi yang bisa digunakan, ada alternatif mendaur ulang aspal yang kita punya. Kita selama ini kan menutupi, ada lubang ditutupi. Sebenarnya tidak bisa begitu. Sama dengan jalan aspal atau beton, kalau disambung itu pecah," terangnya.

Jalan satu-satunya adalah stabilisasi yakni membongkar lalau menggunakan bahan yang dimaksud.

Namun kenyataannya sekarang memperhitungkan biaya.

"Setiap tahun diadakan perbaikan jalan. Biaya lebih mahal dibandingkan menggunakan jalan yang teknologinya canggih walaupun mahal satu kali lipat tapi maintenance jalan saat ini selalu diperbaiki cost lebih besar memperbaiki daripada membongkar," paparnya.

Ia melanjutkan karena berbicara kebijakan maka pilihan satu-satunya adalah harus memperbaiki mutu kualitas jalan demi dampak sosial di perbatasan.

"Bagaimana beri rekomendasi kepada Pak Gubernur harus menggunakan energi terbarukan. Bicara bahan baku, beda pastinya tapi bahan dasar digunakan pasti aspal.

Aspal yang digunakan adalah aspal yang sudah diteliti dan lebih lentur. Aspal permeabel dia lentur menyesuaikan saat terkena air," urainya.

Baca juga: Jadwal Dua Speedboat Reguler Rute Tarakan-Tana Tidung Hari Ini, SB Lumba-lumba Berangkat Pagi

Kembali berbicara perjalanan panjangnya menjadi guru besar.

Di 2019 ia bersemangat melakukan riset, dalam waktu dua tahun bisa mewujudkan itu.

Tentu melalui proses panjang, coaching clinic penulisan.

Proses menjadi guru besar sangat rumit dan sulit namun jika niatnya untuk perbaikan diri maka niscaya bisa diwujudkan.

"Saya penilaian kurang lebih enam hari, saya ajukan PAK setelah itu disetujui, proses PAk setengah bulan.

Kalau penulisan sesuai standar tidak perlu takut. Saat masukkan Sidang Senat tanggal 2 Maret, ajukannya 12 Maret, 15 Maret sampai 21 Maret dinilai, 1 April 2023 keluar," terangnya.

Berbicara kendala ia tak menampik itu ada. Namun lanjutnya, ada team work. Ia tak bisa sendirian mewujudkan tulisan dan riset itu.

"Pasti membutuhkan teman-teman. Dibantu teman-teman tandem, saya sendiri gak bisa. Alhamdulillah keluarga mendukung, anak saya dua disekolahkan di Jawa," ujarnya.

Ia melanjutkan saat menulis, perlu manajemen waktu. Senin sampai hari Jumat dari pukul 07.30 WITA sampai pukul 18.00 WITA pulang kantor.

Kemudian salat dilanjutkan istirahat dari pukul 21.00 WITA sampai pukul 23.30 WITA.

"Jam setengah 12 malam bangun sampai setengah dua, itu waktu yang terbaik saya menulis, menyusun riset, karena di waktu itu juga jam yang digunakan Rasulullah untuk salat malam. Dan itu juga akhirnya menjadi kebiasaan," paparnya.

Karena lanjutnya mustahil bisa menulis risetnya di jam kantor di tengah agenda padat belum menjabat sebagai wakil rektor dan juga sebagau dosen, mengampuh ribuan mahasiswa di Fakultas Teknik.

"Semua pasti menggunakan manajemen waktu dan satu lagi harus ikhlas dengan diri kita. Di saat orang menikmati waktunya, ya kita sedang berjuang menyelesaikan, harus berjuang dengan ini," ujarnya.

Ia menyebutkan mindset yang mmebelenggu adalah kata sulit. Itu harus dihilangkan dari mindset. Harus mengubah pola berpikir seperti demikian.

"Pola hidup saja disesuaikan. Waktunya, semua orang jadi dosen, memenuhi kapasitas dan kapabilitas sebagai dosen, waktu manajemennya bisa diolah karena kan disibukkan dengan kegiatan tambahan, menjadi wakil rektor bukan tantangan saya untuk tidak menjadi profesor.

Waktu saya gunakan maksimal malam hari dan yang pasti, kita mengenal artificial intelligence.

Kita bisa menggunakan tools untuk itu, gunakan tools pelajari hal terbarukan yang sesuai dengan kultur wilayah kita. Semua pasti bisa," terangnya.

Berkat ketekunan, komitmen serta berangkat dari nawaitu, akhirnya tulisannya bisa ditayangkan di Scopus berjudulnya Central Government role in road Infrastructure development and economic growth in the form of future study : the case of Indonesia (Indeks Scopus (Q1).

Baca juga: Berangkat Pagi, Simak Jadwal dan Tarif  Kapal Feri KMP Manta Rute Tana Tidung-Tarakan Hari Ini 

Perlu diketahui bahwa tingkatan jurnal internasional Scopus ada 4, yaitu Q1, Q2, Q3 dan Q4. Untuk menilai sebuah jurnal, Scopus mempunyai klasterisasi kualitas jurnal yang dibagi menjadi 4 Quartile. Q1 adalah jurnal dengan kualitas tertinggi.

"Penggunaan Bahan Terbarukan untuk Perkerasan Jalan itu intinya judul jurnal saya, sebenarnya sudah dapat dari 2009. Tapi memang cost mahal dan saya aplikasikan dalam tulisan entah tulisan saya nanti bisa diaplikasikan di Tarakan dan Kaltara, bergantung kebijakan," terangnya.

Untuk diketahui sebelum publikasi karya ilmiahnya yang terakhir ditayangkan di 2023, juga sudah menayangkan jurnal di tahun 2022 di antaranya berjudul Effects of HDPE Utilization and Addition of Wetfix-Be to Asphalt Pavement in Tropical Climates Indeks Scopus (Q1).

Kemudian jurnal kedua di tahun 2022 yakni Land Transportation Management Policy in Tarakan Public Economy Indeks Scopus (Q1), dan jurnal ketiganya di 2022 yakni berjudul
The Impact of HDPE Plastic Seeds on the Performance of Asphalt Mixtures Indeks Scopus (Q1).

(*)

Penulis: Andi Pausiah

Sumber: Tribun Kaltara
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved